Halaman terbaru

TERBARU

loading...

makalah manajemen penetasan



TUGAS MANAJEMEN PENETASAN


 NAMA DOSEN
Erik Priyo Santoso S.Pt.,MP.


 DISUSUN OLEH
 Aswandi
NIM 2014410109














UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
MALANG
2017





KATA PENGANTAR

Puji syukur saya  panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah  manajemen penetasan, dengan tepat waktu. Makalah   ini merupakan salah satu tugas  yang diberikan oleh dosen mata kuliah manajemen penetasan , Erik Priyo Santoso S.pt.,MP
Dalam prosesn penyusunan makalah  ini saya menyelesaikannya menggunakan sumber sumbernya dari internet, Dimana pengumplan data lainnya diperoleh dari berbagai macam sumber  buku bahan untuk dijadikan suatu rangkuman. saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan  rangkuman ini. saya  akui makalah  ini masih  jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan rangkuman saya ini. Semoga rangkuman ini bermanfaat bagi pembaca. Amiiin.






DAFTRA ISI
KATA PENGANTARA........................................................................................ i
DAFTAR ISI..........................................................................................................i
BAB I.PENDHULUAN........................................................................................1
1.1  Latar Belakang .................................................................................................1
1.2  Tujuan...............................................................................................................2
1.3  Manfaat.............................................................................................................2
BAB II .TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Syarat –Syarat Telur Tetas................................................................................3
2.2. Syarat – Syarat Penetasan Telur.......................................................................5
2.3  Persiapan Penetasan..........................................................................................5
2.4 Telur..................................................................................................................5
2.5 Proses Penetasan...............................................................................................6
2.6 Tahap Akhir Penetasan.....................................................................................8
BAB III.PENUTUP.............................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................10
Daftar pustaka........................................................................................................11



BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Unggas adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang dimanfaatkan untuk daging dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Umumnya unggas merupakan bagian dari ordo Gallifores (seperti ayam dan kalkun), dan Anseriformes (seperti bebek). Unggas adalah tipe hewan yang berkembangbiak dengan cara bertelur. Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gisi seperti air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan embrio sampai menetas. Telur yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas. Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Bila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi saja.  Adapun untuk menetaskan telur perlu diperhatikan hal-hal yang menunjang keberhasilan dalam menetaskan.
Untuk memperbanyak populasi hewan unggas seperti itik, ayam, dan burung puyuh dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman telur tetas yang akan diperbanyak. Pengeraman ini dapat terjadi jika sifat mengerami telur pada unggas itu telah muncul. Misalnya pada ayam buras, sifat mengerami telur tampak jelas sekali. Pada saat sifat ini muncul, ayam buras tidak akan mau lagi bertelur. Berbeda dengan ayam ras yang sifat mengeramnya dapat diatur atau dihilangkan dari induknya. Penetasan pada prinsipnya adalah menyediakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan embrio unggas. Lama penetasan telur ditempat pengeraman sangat tergantung dari jenis hewannya.
Semakin kecil hewan, semakin kecil telur yang dihasilkan. Dan, semakin tinggi suhu badan hewan, semakin pendek waktu penetasan telurnya. Bila bentuk telur dan ukurannya seragam, waktu penetasan akan selalu hampir bersamaan.  Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain seperti itik dan puyuh tidak mempunyai sifat mengeram. Dahulu, untuk memperbanyak populasinya hanya dengan seleksi alam, baik oleh induknya maupun oleh lingkungan. Namun saat ini, dengan adanya alat penetas buatan akan mempermudah perbanyakan populasi unggas ini.

1.2. Tujuan
A.Mengetahui apa itu penetasan telur.
B.Mengetahui syarat penetasan telur yang baik.
C.Mengetahui  tata laksana penetasan telur.
D.Mengetahui faktor yang mempengaruhi penetasan telur.
E.Mengetahui tentang penggunaan mesin tetas

1.3. Manfaat
Manfat yang didapat dari tugas manajemen penetasan ini adalah memberikan wawasan tentang  bagaimana tatacara persiapa, pelaksanaan tentang penetasan telur dan pengaplikasian mesin tetas kepada mahasiswa.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syarat –Syarat Telur Tetas
A.Fertil ( di buahi)
Pastikan bahwa telur yang akan kita tetaskan memang telur yang dibuahi. Telur berasal dari induk betina yang dipelihara bersama pejantan.  Bila tidak dipelihara bersama pejantan, bisa juga dapat telur diperoleh dari breeding farm yang menerapkan sistem inseminasi buatan dalam pemeliharaan induk  ayamnya.
B.umur telur
Telur tetas harus baru, maksimal umur 7 hari, dan seragam. agar waktu menetasnya dapat lebih serentak. Hal ini biasannya ditandai dengan besar-kecilnya kantong udara dalam telur.  Semakin lama umur telur, maka kantong udaranya semakin besar.  
C.cangkang
Cangkang harus bersih, utuh tidak boleh retak , halus normal, tebalnya sedang.  Jangan sekali-kali memasukkan telur dengan cangkang yang retak untuk ditetaskan, karena akan  mempengaruhi perkembangan embrio bahkan dapat busuk dan pecah dalam mesin tetas sehingga bau yang dikeluarkan akan meracuni yang lain.
D.ukuran dan bentuk
Besar telur tetas diusahakan seragam, karena akan mempengaruhi keseragaman besar DOC yang dihasilkan. Caranya dengan melakukan penimbanga telur, lalu hitung rata-rata bobot telur.  Telur yang ditetaskan  adalah telur yang bobotnya rata-rata ( + - ) 10 % dari dari rata-rata berat telur. Dipilih yang normal, yaitu berbentuk oval.  Tidak lonjong dan juga tidak bulat.

2.2. Syarat – Syarat Penetasan Telur
Agar mencapai hasil yang diinginkan, maka telur yang ditetaskan harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
A.   Suhu dan perkembangan embrio
Embrio akan berkembang cepat selama suhu telur tetap di atas 900F (32, 220C) dan akan berhenti berkembang jika suhu dibawah 800F (26,660C), sesudah telur diletakan dalam alat penetasan atau mesin tetas, pembelahan sel segera berlangsung dan embrio akan terus berkembang sempurna dan menetas. Perlu diperhatikan bahwa suhu ruang penetasan harus sedikit diatas suhu telur yang dibutuhkan. Sehingga suhu yang diperlakukan untuk penetasan telur ayam menurut kondisi buatan dapat sedikit berbeda dengan suhu optimum telur untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Mulai hari pertama hingga hari kedelapan belas diperlukan suhu ruang penetasan antara99 – 1000F (35 – 41,110C), sedangkan pada hari kesembilan belas hingga menetas, sebaiknya suhu diturunkan sekitar 2 – 30F (0,55 – 1,110C). Adapun suhu yang umum untuk penetasan telur ayam adalah sekitar 101 – 1050F (38,33 – 40,550C) atau rata – rata sekitar 100,40F. Cara ini bertujuan untuk mendapatkan suhu telur tetas yang diinginkan.

B.  Kelembapan Dalam Mesin Tetas
Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembapan yang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan embrio. Kelembaban yang umum untuk penetasan telur ayam sekitar 60 – 70 %. Kelembaban juga mempengaruhi proses metabolisme kalsium (Ca) pada embrio. Saat kelembaban nisbi terlalutinggi, perpindahan Ca dari kerabang ketulang – tulang dalamperkembangan embrio lebih banyak. Pertumbuhan embrio dapat diperlambat oleh keadaan kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sedangkan pertumbuhan embrio optimum akan diperoleh pada kelembaban 60%- 70%

C   Ventilasi
Perkembangan normal embrio membutuhkan oksigen (O2) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui pori – pori kerabang telur. Untuk itulah didalam mesin tetas harus cukup tersedia oksigen.
Jika kerabang tertutup oleh kotoran, pertukaran gas oksigen dan karbondioksida akan mengalami gangguan. Dala keadaan yang demikian kadar karbondioksida akan meningkat sekitar 0,5%, sedangkan kadar oksigen menurun sekitar 0,5%. Peningkatan kadar karbondioksida yang terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya daya teteas telur. Jika kadar karbondioksida meningkat 1%, maka kematian embrio dapat meningkat. Sedangkan jika peningkatan sebesar 5%, embrio akan mati sebelum menetas. Penigkatan kadar karbondioksida yang masih diperbolehkan adalah sebesar 0,5 – 0,8%, dengan kadar optimum 0.5%. Menurut Djanah Djamalin (1981), perimbangan udara dalam mesin tetas selama periode penetasan adalah 0,5% gas CO2 dan 21% O2(Paimin,2000).
2.3  Persiapan Penetasan
Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur. Mesin tetas diusahakan memenuhi berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan fisiologi dari embrio anak ayam. Dalam pembuatan alat tetas perlu dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan parameter biologi yang meliputi temperatur, kelembaban udara dan sirkulasi udara. Pada alat penetasan semua faktor-faktor tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi proses biologi penetasan (Nesheim et al., 1979).
Alat pemanas dihidupkan dan diatur jarak penyetekan antara temperatur 99-102oF dengan cara mengatur jarak dengan memutar gagang pelatuk pada switch diantara regulator dengan switch. Setelah temperatur yang diinginkan tercapai (temperatur konstan), dibiarkan sampai satu jam sambil dikontrol (Soedjarwo, 1999). Begitu juga untuk kelembaban udara. Bak air diisi dengan air jangan sampai penuh dan dimasukkan ke dalam alat penetas. Diatur kelembabannya antara 55-60%. Pengaturan dilakukan dengan menambah atau mengurangi air dalam bak. Untuk lebih mudahnya biasanya bak diisi air 2/3 bagian dan dibiarkan sampai kelembaban konstan (Nuryati et al., 1998).
2.4 Telur
Telur merupakan salah satu produk pangan hewani yang lengkap kandungan gizinya. Selain itu telur merupakan bahan makanan yang mudah dicerna. Sebutir telur terdiri dari 11 % kulit telur, 58% putih telur dan 31% kuning telur (Sudaryani, 2003). Telur mempunyai kandungan air, protein, lemak, karbohidrat dan abu berturut-turut sebesar 66,5; 12,01; 10,5; 0,9; dan 10,9% (Hardini, 2000). Telur tetas merupakan telur yang didapatkan dari induknya yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan tertentu. Telur tetas mempunyai struktur tertentu dan dan masing-masing berperan penting untuk perkembangan embrio sehingga menetas. Agar dapat menetas telur sangat tergantung pada keadaan telur tetas dan penanganannya (Nuryati, et al., 1998).
Telur unggas secara umum mempunyai struktur yang sama. Terdiri dari enam bagian yang penting untuk diketahui, yaitu kerabang telur (egg shell), selaput kerabang telur (membrane shell), putih telur (albumen), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza) dan sel benih (germinal disk) (Nesheim et al., 1979).
Telur tetas yang normal berbentuk bulat telur atau oval. Telur dengan bentuk bulat atau tgerlalu lonjong merupakan telur abnormal sehingga mempengaruhi posisi embrio menjadi abnormal yang mengakibatkan telur banyak yang tidak menetas (Nuryati, et al., 1998). Letak rongga udara harus normal yaitu pada bagian yang tumpul dan simetris berada di tengah-tengah (Chan dan Zamrowi, 1993).

2.5 Proses penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas. Telur yang digunakan adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sperma, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam petelur komersil (Suprijatna et al., 2005). Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur (Yuwanta, 1983).
Hari ke 1
Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm. Setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan embrio.
Hari ke 2 
Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah.
Hari ke 3
Pada  hari ke 3 jantung sudah mulai terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat khusus seperti mikroskop  gelembung dapat dilihat gelembung bening, kantung amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembung-gelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas. 
Hari ke 4
Pada hari ke 4 mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah membesar.
Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang.
Hari ke 5
Pada hari ke 5 embrio sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala embrio sudah berdekatan, dalam fase ini telah terjadi perkembangan alat reproduksi 
Hari ke 6
Pada hari ke 6 anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah terlihat menonjol, rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois, kantong kuning telur, seta paruhnya.
Hari ke 7
Pada hari ke 7 paruh anak ayam sudah terlihat seperti bintik gelap pada dasar mata. Pada fase ini otak dan leher sudah terbentuk
Hari ke 8
Pada hari ke 8  mata dari embrio sudah terlihat sangat jelas
Hari ke 9
Pada hari ke 9 lipatan dan pembuluh darah sudah mulai bertambah banyak dan terbentuk jari kaki
Hari ke 10 
Pada hari ke 10 biasanya paruh sudah mulai mengeras dan folikel bulu embrio sudah mulai terbentuk
Hari ke 11
Pada hari ke 11 embrio sudah terlihat seperti ayam. Pada fase ini embrio menjadi tambah besar sehingga yolk akan menyusut 
Hari ke 12
Pada hari ke 12 embrio sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga yolk menjadi semakin kecil. Mata sudah mulai membuka dan telinga sudah terbentuk 

Hari ke 13 sisik dan cakar embrio sudah mulai terlihat sangat  jelas.
Pada hari ke 14 punggung embrio sudah terlihat melengkung atau meringkuk dan bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya
Pada hari ke 15 kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul bagian telur.
Pada hari ke 16 embrio sudah mengambil posisi yang baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah semakin mengeras
Pada hari ke 17 paruh embrio sudah membalik ke atas
Pada hari ke 18 embrio sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya berkembang dengan baik.
Pada hari ke 19 paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam.
Pada hari ke 20 kantung kuning telur sudah masuk sepenuhnya kedalam rongga perut. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung udara. Pada fase ini terjadi serangkaian proses penetasan yang diawali dengan kerabang mulai terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk. Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban harus diperhatikan supaya pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya, pecahnya kerabang semakin besar. 
Hari ke 21 Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu beberapa jam untuk keluar dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Supaya kering, diperlukan waktu beberapa jam lagi, 

2.6 Tahap Akhir Penetasan
Tahap akhir dari penetasan adalah evaluasi penetasan. Hal-hal yang dievaluasi meliputi fertilitas, mortalitas dan daya tetas. Menurut Tri-Yuwanta (1983), fertilitas adalah perbandingan antara telur fertil dengan telur yang ditetaskan dan dinyatakan dalam persen. Mortalitas adalah jumlah embrio yang mati selama proses penetasan dan dinyatakan dalam persen. Daya tetas adalah jumlah telur yang menetas dari sekelompok telur fertil yang dinyatakan dalam persen.
Daya tetas menurut Shanaway (1994), dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
1.            Berat telur
Berat telur yang terlalu besar atau terlalu kecil menyebabkan menurunya daya tetas. Berat telur yang ditetaskan harus seragam dengan bangsa dan tipenya.
2.            Penyimpanan telur
Penyimpan paling lama 1 minggu. Penyimpanan diatas 4 hari menyebabkan Daya tetas menurun sebesar 25 % setiap hari. Untuk telur baru, penyimpanan pada temperatur 21-230C menyebabkan physiological zero, artinya embrio dalam kondisi tidak mengalami pertumbuhan. Temperatur optimum, untuk penyimpanan telur adalah sebesar 16-18 0C dengan RH 75-80%.
3.            Tempeteratur
Temperatur optimuim pada permukaan atas telur 39-39,5 0C.
4.            Kelembaban
Kelembaban yang trepat membantu agar pertumbuhan embrio sempurna dan normal. Kelembaban yang optimal adalah sebesaqr 65-70%.
5.            Ventilasi
Ventilasi berfungsi untuk distribusi panas dan kelembaban mengeluarkan CO­­2 dan suplai O­­2. kelembaban minimal sebesar 18%.
6.            Posisi dan Pemutaran telur
Berfungsi untuk meratakan panas serta menjaga agar embrio tidak menempel pada kerabang telur. Setiap pemutaran germinal disc akan bersentuhan dengan nutrien yang segar. Tanpa pemutaran kekurangan nutien dan oksigen.
7.            Nutrisi induk
Defisiensi pada induk dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan menyebabkan kematian embrio.
8.            Kesehatan Induk
Apabila induk tidak sehat maka dapat mengganggu transfer nutrien ke dalam telur, sehingga embrio kekurangan nutrien. Akibat selanjutnya dapat menurunkan daya tetas.
9.            Infeksi bakteri/ virus
Infeksi bakteri/virus pada telur dapat menyebabkan kematian embrio.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAH
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram.
Syarat – syarat penetasan telur : suhu dan perkembangan embrio, kelembapan dalam induk buatan dan ventilas, Tata laksana meliputi pemilihan telur dan fumigasi, Faktor yang mempengaruhi Penetasan yaitu :   Sumber panas,  Air,  Operator,  Pemutaran telur, Peneropongan.

3.2 SARAN
Saran yang dapat saya berikan kepada pembaca adalah agar pembaca dapat mengetahui tentang manajemen penetasan yang baik dan benar dan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik    dan   saran yang    bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA

Gatot, 2009. Penetasan Telur.http://gatotleo.blogspot.com/2009/05/penetasan-telur.html. diakses tanggal 5 Mei 2012.
Harianto, Agus. 2008. Tips dan Trik dalam Penetasan Telur Unggas.http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-telur-unggas/Diakses tanggal 25 Mei 2012.
Nuryati, Tutik, dkk. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Paimin, Farry. 2000. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, Muhammad. 1990. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.
Sukardi, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto.


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »