Halaman terbaru

TERBARU

loading...

manajemen tingkah laku hewan

sambastani 22.57.00


TUGAS MANAJEMEN LINGKUNGANDAN  TINGKAH LAKU HEWAN



 NAMA DOSEN
Dr.Ir.EKO MARHAENIYANTO


 DISUSUN OLEH
 ASWANDI
NIM 2014410109



UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
MALANG 2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya  panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan rangkuman manajemen lingkungan dan tingkah laku hewan, dapat di selesaikan dengan tepat waktu.
Rangkuman  ini merupakan salah satu tugas  yang diberikan oleh dosen mata kuliah rangkuman manajemen lingkungan dan tingkah laku hewan , Dr.Ir Eko marhaeniyanto.
Dalam prosesn penyusunan rangkuman ini saya menyelesaikannya menggunakan sumber sumbernya dari internet, Dimana pengumplan data lainnya diperoleh dari berbagai macam sumber  buku bahan untuk dijadikan suatu rangkuman.
saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan  rangkuman ini. saya  akui rangkuman ini masih  jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan rangkuman saya ini.
Semoga rangkuman ini bermanfaat bagi pembaca. Amiiin.













KATA PENGANTAR…………………............................………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………............……………………….……………………………………ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1   LATAR BELAKANG………………………………………………………………………....……1
1.2   RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………..……….....……1
1.3   TUJUAN…………………..............................…………………………………….………………1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ADAP TASI………………………………………………......……………………2
2.2 KONSEP DAN DASAR TEORIADAP TASI TERNAK……………………………….......………3
2.3 PEMINDAHAN PANAS DAN DAMPAK TERHADAP TERNAK………………………..........…4
BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN …………………....................................…………………………………………8
3.2  SARAN………................................………………………………………….....…………………8
DAFTAR PUSTAKA……………………….......………………………………………………………9








BAB I
A. PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan  sehari-sehari kita tak pernah terlepas dari orang lain, yang mana kitamembutuhkan mereka sebagai pelengkap dalam hidup kita, akan tetapi sebelum kitamengenal siapa mereka dan bagaimana mereka kita harus bisa beradaptasi dengan mereka terlebih dahulu. Individu merupakan organisme tunggal, tanpa bantuan dari orang lain kita tidak bisa hidup sempurna. Jika diperhatikan hewan-hewan yang ada di sekitar kita, kita akan melihat bahwa setiap hewan diciptakan Tuhan dengan unik. Baik mamalia besar seperti gajah, kerbau, kuda, hingga serangga kecil seperti lebah, kupu-kupu dan belalang diberi tuhan kemampuan dan bentuk tubuh yang paling sesuai dengan tempat dan cara hidupnya. Adaptasi merupakan bentuk penyuasaian yang dilakukan makhluk hidup agar bisa betahan hidup dalam lingkungannya, terlebih lingkungan yang baru, bukan hanya pada manusia saja tetapi juga pada hewan dan juga tumbuhan, mereka harus bisa beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka berada, demi mempertahankan kelangsungan hidup atau dalam mempertahankan hidupnya.
Salah satu penyebab kepunahan makhluk hidup adalah ketidakmampuan makhluk hidup untuk beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, ketika memindahkan seekor ikan yang diambil dari habitat aslinya ke dalam kolam ikan buatan sendiri. Beberapa hari kemudian ikan yang dipelihara mati. Kematian ikan ini disebabkan ikan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya. Maka jelaslah bahwa makhluk hidup yang tidak beradaptasi dengan lingkungannya akan mengalami kepunahan. Setiap jenis organisme mempunyai dan memerlukan lingkungan untuk hidup di tempat tertentu. Lingkungan atau tempat suatu makhluk hidup biasanya disebut dengan habitat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari adaptasi?
2. Bagaimana konsep dasar teori adaptasi ternak
3. Pemindahan panas, dan dampak terhadap ternak

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui teori tentang adaptasi ternak, Untuk mengetahui pengertian adaptasi.
2.Untuk mengetahui jenis- jenis adaptasi.
3. Untuk mengetahui, Pemindahan panas, dan dampak terhadap ternak






BAB II
B. Pembahasan
2.1. Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
1.Memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan)
2.Mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas
3.Mempertahankan hidup dari musuh alaminya (bereproduksi)
4.Merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Adaptasi adalah, pertama-tama, proses, dan bukan bagian fisik dari tubuh. Perbedaan dapat dilihat dalam parasit internal, dimana struktur tubuh sangat sederhana, tapi tetap organisme. Yang sangat beradaptasi dengan lingkungan yang tidak biasa. Dari sini dapat dilihat adaptasi yang tidak hanya masalah sifat terlihat: dalam parasit seperti adaptasi kritis terjadi dalam siklus-hidup, yang sering cukup rumit. Namun, sebagai istilah praktis, adaptasi sering digunakan untuk. produk: fitur-fitur dari spesies yang hasil dari proses tersebut. Banyak aspek dari hewan atau tanaman dapat benar adaptasi disebut, meskipun selalu ada beberapa fitur yang fungsinya diragukan. Dengan menggunakan istilah adaptasi untuk proses evolusi, dan sifat adaptif untuk bagian tubuh atau fungsi (produk), dua indera kata mungkin dibedakan. Adaptasi adalah salah satu dari dua proses utama yang menjelaskan beragam spesies yang kita lihat dalam biologi, seperti berbagai jenis kutilang Darwin. Yang lainnya adalah spesiasi (spesies-membelah atau cladogenesis), yang disebabkan oleh isolasi geografis atau mekanisme lain. Sebuah contoh favorit digunakan sekarang untuk mempelajari saling adaptasi dan spesiasi adalah evolusi ikan cichlid di danau Afrika, mana pertanyaan isolasi reproduksi jauh lebih kompleks.
Adaptasi tidak selalu merupakan hal yang sederhana, di mana fenotip berkembang yang ideal untuk lingkungan eksternal yang diberikan. organisme harus layak pada semua tahap perkembangan dan pada semua tahap dari evolusi. Hal ini menempatkan kendala pada evolusi pembangunan, perilaku dan struktur organisme. Kendala utama, di mana ada banyak perdebatan, adalah persyaratan bahwa setiap perubahan genetik dan fenotipik selama evolusi harus relatif kecil, karena sistem pembangunan sangat kompleks dan saling terkait. Namun, tidak jelas apa yang “relatif kecil” seharusnya berarti, untuk poliploidi misalnya di tanaman adalah perubahan cukup umum genetik yang besar. Asal usul simbiosis dari beberapa mikro-organisme untuk membentuk sebuah eukaryota. Merupakan contoh yang lebih eksotis.
Semua adaptasi membantu organisme bertahan dalam relung ekologi mereka. ini mungkin sifat adaptif struktural, perilaku atau fisiologis. adaptasi struktural fitur fisik organisme (bentuk, meliputi tubuh, persenjataan, dan juga organisasi internal). Perilaku adaptasi terdiri dari rantai perilaku yang diturunkan dan / atau kemampuan untuk belajar: perilaku mungkin warisan secara rinci (naluri), atau kecenderungan untuk belajar mungkin warisan (neuropsikologi lihat). Contoh: mencari makan, kawin, vokalisasi. adaptasi fisiologis organisme izin untuk melakukan fungsi khusus (misalnya, membuat racun, mengeluarkan lendir, Phototropism Fototropisme), tetapi juga fungsi yang lebih umum seperti pertumbuhan dan pembangunan, pengaturan suhu, keseimbangan ionik dan aspek lain dari homeostasis. Adaptasi, kemudian, mempengaruhi semua aspek kehidupan organisme.

2.2 Konsep dasar teori adaptasi ternak
Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada 2 poin penting yaitu evolusi genetik, dimana berfokus pada umpan balik dari interaksi lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama masa hidupnya, dimana organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses kognitif dan level gerak yang terus-menerus. Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam 2 versi dari teori sistem, baik secara biological, perilaku, dan sosial. Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya. Proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Adaptasi merupakan juga suatu proses yang dinamik karena baik organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstan/tetap. Sedangkan Roy Ellen membagi tahapan adaptasi dalam 4 tipe. Antara lain adalah (1) tahapan phylogenetic yang bekerja melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam, (2) modifikasi fisik dari phenotype/ciri-ciri fisik, (3) proses belajar, dan (4) modifikasi kultural. Modifikasi budaya bagi Ellen menjadi supreme atau yang teratas bagi homo sapiens, dimana adaptasi budaya dan transmisi informasi dikatakannya sebagai pemberi karakter spesifik yang dominan. Manusia dilahirkan dengan kapasitas untuk belajar seperangkat sosial dan kaidah-kaidah budaya yang tidak terbatas. Sehingga kemudian fokus perhatian adaptasi menurut Rot Ellen seharusnya dipusatkan pada proses belajar, dan modifikasi budayanya.
Dasar pembagian ke-4 tipe adaptasi diatas, berdasarkan atas laju kecepatan mereka untuk dapat bekerja secara efektif. Seperti adaptasi phylogenetic, dibatasi oleh tingkatan bagaimana populasi dapat bereproduksi dan berkembangbiak. Modifikasi fisik bekerja lebih cepat, akan tetapi tetap tergantung pada perubahan somatik dan akomodasi yang dihubungkan dengan pertumbuhan fisik dan reorganisasi dari tubuh. Sedangkan proses belajar, tergantung dari koordinasi sensor motor yang ada dalam pusat sistem syaraf. Disini ada proses uji coba, dimana terdapat variasi dalam waktu proses belajar yang ditentukan oleh macam-macam permasalahan yang dapat terselesaikan. Adaptasi kultural proses bekerjanya dianggap lebih cepat dibandingkan ke-3 proses diatas karena ia dianggap bekerja melalui daya tahan hidup populasi dimana masing-masing komuniti mempunyai daya tahan yang berbeda berdasarkan perasaan akan resiko, respon kesadaran, dan kesempatan. Sifat-sifat budaya mempunyai koefisiensi seleksi, variasi, perbedaan kematian-kelahiran, dan sifat budaya yang bekerja dalam sistem biologi.


1.HK. BREGMANN (1847) :

 Ternak Kecil Dan Ringan Permukaan Tubuh
Persatuan Berat Lebih Luas Dibandingkan Ternak
Besar Dan Berat
 Ternak Kecil Dan Ringan Kehilangan Panas Lebih
Cepat Drpd Ternak Besar & Berat
Seorang Tinggi & Kurus, Dengan Bobot Yg Sama Dg
Seorang Yg Pendek & Gemuk Yg Tinggi & Kurus,
Permukaan Tubuhnya Lebih Luas.

2. HK. ALLEN
 Spesies ternak berdarah panas, di daerah dingin cenderung berkaki lebih pendek daripada daerah klimat panas
3.HK. WILSON

 Insulasi pelindung terhadap klimat Bangsa ternak klimat dingin penutup tubuh yg luas, padat, lebat dan tabal (300 gram pd Shorthorn) mengurangi gerakan udara pd kulit dan menahan lap. uap air yg menyelaputi permukaan tbh ternak shg efisiensi disipasievaporatif panas.Bangsa ternak klimat panas bulu jarang (10 gram pdZebu), pendek, mengkilat (glassy), kaku dan tipis.Tebal lemak di bawah kulit pada sapisapi Eropa lebih tebal
daripada sapi India.

4.HK. GLOGER

 Warna klimat
 Pigmen melindungi tubuh terhadap radiasi sinar UltraViolet
 Bulu ternak di daerah tropis warna lebih cerah/pucat memantulkan cahaya (radiasi surya) dan sebagai pelindung terhadap panas yg sangat. Proses pigmentasi tjd scr bertahap Kulit sapi akan semakin gelap dg semakin meningkatnya temperatur dan kelembaban. musim panas bulu cerah,
 musim dingin bulu gelap. Sekresi sebum/keringat dengan semakin temperatur

2.3 Pemindahan panas, dan dampak terhadap ternak

Produksi panas oleh tubuh diperoleh dari :
Produksi panas basal (basal heat production ) yangberasal dari : Konsumsi karbohidrat, protein dan lemak
Faktorfaktor yg meningkatkan produksi panas sehinggamelampaui laju metabolisma basal, antara lain :Latihan fisik,Menggigil,Bulu berdiri (terutama untuk menyimpan panas)Tonus otot tanpa kesadaran Vasokonstriksi,Demam,Penyakit,Meningkatnya sekresi tiroksin dan/ adrenalin
Meningkatnya laju metabolisma.
Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas dari ternak yang mempunyai suhu lebih tinggi pada sebuah benda yang suhunya lebih rendah. Kecepatan dari beberapa konduksi panas dari berbagai subtansi alam, misalnya konduktivitas panas dari perak adalah 1000 ; kulit manusia 3,5 – 0,8 (tergantung dari aliran darah); air 1,4 ; kelinci 0,06 ; udara 0,056. Sehingga kecepatan konduksi panas memasuki kulit adalah sama jumlahnya seperti yang masuk pada perbandingan dari air, tetapi lebih tinggi 10 – 60 kali dari pada perbandingan pada penyulingan air (Hafez. By. E.S.E, 1968).
Konduksi terjadi tergantung dari pada 1) kontak fisik dengan benda atau permukaan sekelilingnya; 2) temperatur dari permukaan tersebut (tinggi temperatur); 3) konduktivitas ternak, temperatur dan luas permukaan yang kontak. Misalnya huniditas yang tinggi di musim dingin akan meningkat rasa dingin, oleh karna itu ditingkatkan konduktivitasnya melalui perlakuan penutup. Air dingin merupakan alat pendingin yang efisien dan efektif melalui konduksi. Berbagai metal mudah mengkonduksi panas, sedangkan udara, minyak, lemak, bulu, rambut, nilon, sutera, kayu dan wol sukar mengkonduksi panas. Sebab itu manusia memilih panci penggorengan dari metal (dengan alat pegangan dari kayu). Panas hilang melalui konduksi, namun dapat diminimalkan dengan insulasi fur dan pakaian penutup. Sapi dan babi mendisipasi panas melalui konduksi dengan tidur di lantai yang dingin (Sihombing dkk, 2000). Panas yang dihasilkan ternak dapat hilang dari tubuh dengan cara kontak lansung dengan permukaan yang lebih dingin. Sebaliknya ternak juga dapat menambah panas melalui kontak denga permukaan yang lebih panas. Jumlah energy panas yang dapat dipindahkan melalui konduksi, tergantung pada perbedaan temperatur diantara dua tempat, luasnya permukaan yang kontak, dan penutup dari dua benda yang saling berkontak. Perpindahan panas hingga ke struktur badan juga melalui proses konduksi. Pemindahan panas dari ternak ke lantai kandang akan lebih besar jika ternak tiduran dari pada berdiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan disspasi panas melalui konveksi diantaranya adalah : 1) luas permukaan tubuh, 2) kecepatan permukaan tubuh, 3) temperatur permukaan tubuh ternak, dan 4) tmperatur sekitar.Udara dekat ternak biasanya leibh panas dari udara lingkungan sekitarnya. Menggantikan lapiasan udara yang mengelilingi ternak dengan udara lingkungan yang dingin akan memindahkan panas dari ternak melalui konveksi.Pada udara yang diam, suatu benda yang lebih panas dari udara akan menyebabkan udara dekat benda tersebut dihangatkan. Karena udara tersebut lebih panas dari udara sekitar yang juga kurang padat, maka udara yang panas akan naik, membawa panas dari benda panas tadi dan serentak membawa udara yang lebih dingin di sekeliling benda tersebut. Konveksi dipertinggi oleh angin, mungkin mendinginkan ataupun memanaskan ternak, tergantung dari apakah udara tersebut lebih dingin atau lebih panas dari temperatur permukaan tubuh ternak (Sihombing dkk, 2000).Dengan demikian konveksi merupakan mekanisme pemindahan panas dari satu molekul ke molekul lain dengan kontak fisik (panas ditranfer ke udara, panasnya udara meningkat, lalu udara membawa panas tersebut bersamanya). Akibatnya, udara yang datang lebih dingin menggantikan udara yang lebih panas, atau sebaliknya (Hafez. By. E.S.E, 1968).
Evaporasi
Suatu sarana yang palin penting untuk melepaskan panas yang tinggi adalah melalui evaporasi. Evaporasi dari kulit tergantung pada : temperatur dan uap lembab kulit, penutup kulit (rambut, Wool, bulu), humiditas, kecepatan dan temperatur udara sekitar, laju dan volume respirasi/pernafasan, ketersediaan air untuk dievaporasikan, luas permukaan tubuh ternak (Sihombing dkk, 2000).Proporsi banyaknya panas yang hilang oleh evaporasi dapat diubah oleh pengukuran bulu atau wol. Ternak ungga yang berbulu normal kehilangan sekitar 50% panasnya oleh evaporasi, sedangkan unggas berbulu keriting hanya kehilangan 15 – 20% panasnya oleh evaporasi, karena kelilangan panas unggas berbulu keriting lebih banyak melalui radiasi.Pada ternak yang tidak berpeluh, sangat sedikit uap air yang keluar dari kulitnya yaitu hanya uap lembab yang mencapai permukaan oleh osmosis, atau permeabilitas fisis dan bukan dari aktivitas kelenjar keringat. Unggas tidak memiliki kelenjar keringat oleh karena itu pendinginan evaporatif dilakukan dengan mengengah-engah (panting) yang biasanya dimulai pada temperatur lingkungan 26,7 – 32,2 OC.Pendinginan evaporatif juga telah terbukti berhasil pada kandang ayam petelur dengan lingkungan terkontrol. Sewaktu temperetur lingkungan diluar kandang 37,8OC (100 OF) atau lebih, kemudian didinginkan dengan menggunakan kipas exhaust untuk menarik udara melalui permukaan basah (air disirkulasi melalui wol-kayu atau ekseltor, di dinding samping) sehingga menurunkan temperetur kandang 10 – 15OF (menjadi 32,2 – 29,4OC) akan meningkatkan jumlah telur yang dihasilkan (Hafez. By. E.S.E, 1968).
 Radiasi.
Radiasi adalah suatu alat yang sangat penting untuk penghilang panas dari ternak ke benda yang lebih dingin dan ternak memperoleh panas dari benda yang lebih panas. Energi radiasi tidak memanaskan udara secara langsung, tetapi secara tidak langsung memanaskan permukaan padat, seperti tanah, air, bangunan, pepohonan, kabut, debu, ternak dan sebagainya. Dengan cara ini energi radiasi diubah menjadi energi termal, yang selanjutnya memanasi udara melalui konduksi dan konveksi, dan memasuki benda padat melalui pantulan radiasi (Sihombing dkk, 2000). Memperoleh atau kehilangan panas yang ditransfer gelombang sinar infra merah (> 700 mu, milimikron) tergantung bukan hanya pada temperatur tetapi juga pada warna dan tektur benda (makin gelap dan makin kasar permukaan benda akan memaksimalkan proses radiasi).Faktor yang mempengaruhi kehilangan atau perolehan panas melalui radiasi adalah : 1) luas permukaan tubuh, 2) temperatur kilit ternak, 3) temperatur udara sekeliling ternak, 4) emisivitas (emissivbity, absorptivity) kulit ternak, yakni kesanggupan tubuh ternak menyerap dan memancarkan panas.
 Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan
Efek dari iklim yang panas pada ayam broiler akan mengakibatkan menurunkan konsumsi pakan, dan meningkatkan konsumsi air minum untuk mengimbangai dan menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Dengan menurunnya konsumsi pakan maka nilai nutrisi yang masuk dalam tubuh juga akan berkurang, yang selanjutnya pada bobot badan yang dihasilkan juga akan menurun jika dibandingkan dengan ayam broiler yang dipelihara pada suhu yang termonetral.






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada 2 poin penting yaitu evolusi genetik, dimana berfokus pada umpan balik dari interaksi lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama masa hidupnya, dimana organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses kognitif dan level gerak yang terus-menerus.Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan), mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas, mempertahankan hidup dari musuh alaminya. bereproduksi, dan merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.



B. Saran
Saran yang dapat saya berikan kepada pembaca adalah agar pembaca dapat mengetahui tentang adaptasi suatu organisme terhadap suatu lingkungan dan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik    dan   saran yang    bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.











DAFTAR PUSTAKA


Share this

Related Posts

First